Sabtu, 19 Januari 2008

Peraturan “Dilarang Memeluk”


Hari pertama taman kanak-kanak

Ia bergegas ke pintu

Melepaskan pelukan ibunya

Ia tak perlu lagi itu

Karena ia sudah besar sekarang

Terlalu besar untuk hal-hal itu

Sebaliknya ia melambaikan salam

Berharap itu sudah cukup

Saat hari itu ia pulang sekolah

Sang ibu menanyakan kegiatannya

Ia memberinya secarik kertas

Bergambar matahati kuning besar

Gambarnya tak sempurna

Karena ia ceroboh disana-sini

Tapi sang ibu agaknya tak melihat

Atau agaknya tak peduli

Hari pertama SMP

Ia bergegas ke pintu

Berlari dari pelukan ibunya

Ia tak menginginkan hal itu lagi

Ia mengabaikan penggilannya

Saat ia bergegas menyusuri jalan

Di dekat perempatan

Tempat temn-temannya berencana bertemu

Ia berharap ibunya akan mengerti

Mengapa ia harus berjalan ke sekolah

Diantar oleh ibunya kini

Akan tidak keren kelihatannya

Dan saat ia pulang sekolah

Sang ibu menanyakan kegiatannya

Ia menyerahkan beberapa kertas

Dengan silang lebih dari satu

Sang guru jelas menunjukkan

Jaawaban salah di sana-sini

Tapi ibunya agaknya tak melihat

Atau agaknya tak peduli

Hari pertama SMU

Ia bergegas keluar pintu

Melompat ke kursi pengemudi

Ford-nya yang mengilap

Ia pergi tanpa sarapan

Ia pergi tanpa pamit

Tapi ia berbalik dan menoleh

Sebelum membelok

Ia melihat ibunya melambai dengan semanga

Satt ia menjauh

Ia menyembunyikan kalksonnya hanya sekali

Untuk mencerahkan hari ibunya

Ia melihat senyuman di wajah ibunya

Lalu ia melaju menghilang dari pandangan

Menuju dunia yang berbeda

Kehidupan baru yang menyenangkan

Dan saat wisudanya

Saat air mata bersinar di mata ibunya

Ia tahu sudah tiba waktunya

Untuk berpisah dengan ibuinya

Karena ia akan pergi kuliah

Pergi menuju hari lebih baik

Tak ada lagi peraturan mengekang

Sendirian menemukan jalan

Kopor memenuhi bagasi

Ford-nya yang kotor dan usang

Ia tak sabar tiba di kampus

Memeriksa kamar dan asrama

Sang ibu membuka pintu mobil

Dan menutupnya saat ia masuk

Lalu tersenyum bangga pada putranya

Seraya air mata menetes dari dagunya

Ia menjulurkan tangan melalui jendela yang terbuka

Mengucapkan selamat sukses di kampus

Lalu ditariknya anaknya mendekat

Dan melanggar aturan”dilarang memeluk”

Si anak merasa kebebasan menyapanya

Saat ia memasuki jalan tol

Akhirnya hidupnya hanya miliknya sendiri

Dan ia mengantisipasi takdir

Kehidupan kampus lebih menantang

Daripada yang dapat ia harapkan

Tak ada waktu menjawab surat

Yang sering dikirim ibunya

Ia sudah dewasa sekarang

Terlalu tua untuk hal-hal itu

Kunjungannya saat liburan

Sudah mesti cukup

Lagipula, ujian semester cepat mengahdang

Tekanannya terasa raksasa

Ia belajar hingga begadang

Keinginannya untuk lulus begitu kuat

Ia bertanya-tanya bagaimana ia berhasil

Baaimana ia mnegatasi

Bagaimana jika ia tak lulus?

Apakah masih akan ada harapan?

Seakan ia mendapat panggilan

Ia melaju di jalan tol

Dengan kecepatan penuh

Malam mulai larut

Ia membelok di keolkan

Yang sering dijelajahinya

Dan memasuki pintu terbuka

Rumah ibunya

Sang ibu duduk di meja

Bersama gambar dalam pigura

Kenangan dari masa lalu

Yang membawa suka-duka

Sang ibu tak perlu bertanya

Mengapa anaknya pulang dari kampus

Karena ia tahu jawabannya

Saat si anak melanggar aturan “dilarang memeluk”

Lengan melingkarinya erat

Mengintip gam,bar yang dibuatnya

Banyak pohon, cabang tak sempurna

Dan matahari kunign yang besar

Sang ibu tersenyum penuh pengertian

Lalu ia pu berkata tegas

“Anakku, sejka dulu

dan selalu kau membanggakanku

Lihatlah betapa jauh kau menempuh

Dari anak kecil yang begitu berani

Menuju taman kanak-kanak

Tanganmu melambai

Dan di tahun-tahun kau berbuat kesalahan

Tapi, anakku, Ibu juga pernah salah

Sempurna itu mustahil dalam hidup

Lakukanlah sebaik mungkin

Dan jangan berharap lebih dari itu

Karena hidup itu mestinya menyenangkan

Kau hanya bisa menjalani satu kehidupan

Lakukan apa yang terbaik bagimu, Nak”

Duduk di kamar asramanya

Saat tekanan tampak terlalu banyak

Dan segala yang ia perjuangkan

Tampak begitu tak terjangkau

Ia menatap gambar

Matahari kungi besar

Lalu ia teringat

Betapa jauh ia telah menempuh

Dari anak menjadi dewasa

Melawan banyak rasa takut

Melalui ujian dan cobaan

Menahan banyak air mata

Tahu bahwa sukses itu

Buka melewati setiap ujian

Dan satu-satunya jalan gagal dalam hidup

Adalah tidak melakukan yang terbaik

Dan pelajaran terbesar yang didapatnya

Yang tak didapatnya dari sekolah...

Bahwa tak apa-apa, bahkan bagi seorang lelaki

Untuk melanggar aturan “dilarang memeluk”

Tidak ada komentar: